Kamis, 21 April 2011

Mrs CHORRY DEBUUS, PAHLAWAN ATINGMELANG

Lokasi bekas tempat tinggal Mrs. Chorry Debuus
SEJARAH memang penting untuk dikenang. Karena sejarah adalah corong manusia beradab. Tidak heran kalau Presiden pertama kita, Bung Karno, dalam salah satu pidatonya, menekankan kepada kita agar jangan sekali-kali melupakan sejarah. Pidato tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Jas Merah. 
Desa Atingmelang, Kecamatan Alor Tengah Utara (ATU) memiliki cerita tersendiri. Pada tahun 1930 peneliti asal Amerika, Chorry Debuus, datang melakukan penelitian di Atingmelang. Saat itu, cawat adalah pakian yang digunakan oleh orang dewasa. Sedangkan anak-anak maupun remaja dibiarkan polos tanpa busana. Tambahan lagi, tidak seperti sekarang, saat itu nilai-nilai adat dan ke-sakral-an tarian lego-lego masih sangat kuat.   
Chorry Debuus berbaur dan menyatu dengan masyarakat Atingmelang. Chorry Debuus mewakili kelompok yang memiliki gaya hidup modern (pada masa itu) dan masyarakat Atingmelang mewakili kelompok marginal. Namun, sekat tersebut kemudian runtuh ketika Chorry Debuus datang dengan segala kesederhanaannya.
Di Atingmelang, Chorry Debuus sangat membantu masyarakat. Masyarakat seolah mendapat tabib dengan keahlian luar biasa. Segala jenis penyakit yang ada pada saat itu, diobatinya hingga sembuh hanya dalam sekali pengobatan. Obat-obatnya sederhana. Dengan beberapa bahan, obat mujarab dihasilkannya.
Tidak hanya itu saja. Chorry Debuus memberikan contoh bagaimana membangung sebuah rumah permanen menggunakan cor semen dan belahan bambu. Ukuran rumahnya 9x6 meter. Sejak itu, masyarakat Atingmelang membangun rumah yang cor menggunakan belahan bambu.
Di samping itu, Chorry Debuus dikenal cukup berani menghadapi tentara Belanda. Bukti keberaniannya adalah mengeluarkan masyarakat Atingmelang yang ditahan lantaran tidak mampu membayar pajak kepada tentara Belanda. Secara gamblang, Chorry Debuus mengatakan kepada tentara Belanda kalau para tahanan itu adalah kerabatnya.   
Tahun 1942 adalah tahun terakhir Chorry Debuus hidup bersama warga Atingmelang. Pada tahun itu, Chorry Debuus pulang ke negara asalnya, Amerika Serikat. Namun, sebelum berangkat Chorry Debuus berpesan bahwa rumahnya itu dibakar agar masyarakat Atingmelang tidak terancam.
Tidak berapa lama setelah kepergiaannya, Jepang masuk dan menguasai Atingmelang. Rumah Chorry Debuus dibakar bersama dua orang kepala kampung yakni Maleti dan Fatang.
Bertahun-tahun berlalu, ada seorang perempuan asal Swedia datang ke Atingmelang, tepatnya maret 2011. Perempuan itu bernama Amelia, murid Chorry Debuus. Kehadirannya disambut dengan linangan air mata seluruh masyarakat Atingmelang. Tarian lego-lego dan upacara adat dilakukan dengan meriah setelah suasan mengharukan itu usai. Amelia datang atas pesan gurunya, Chorry Debuus. Amelia disuruhnya ke Atingmelang untuk melihat bekas rumahnya. Yang masih tersisa dari rumah Chorry Debuus hanyalah fondasi. semi  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar