Empat Desa
Dambakan Air
Gudang sebagai simbol adat istiadat kab.Alor |
Kupidil,
SUAR – Listrik dan jalan merupakan kebutuhan mendasar setelah peradaban manusia
berkembang. Namun tidak bagi air bersih. Air bersih merupakan kebutuhan dasar
manusia yang tidak dapat tergeser. Sehari tanpa air akibatnya lebih fatal bila
sehari tanpa makanan.
Desa
Kupidil, Desa Lawahing, Desa Otvai dan Desa Alila Selatan merupakan 4 desa di
pegunungan Kabola yang sampai saat ini belum menikmati air bersih bahkan
keadaan itu telah dialami bertahun-tahun. Padahal kebutuhan air bersih di Kota
Kalabahi disuplai oleh desa-desa yang telah disebutkan di atas. Sehingga
sungguh ironis kalau desa-desa tersebut mengalami kekurangan air bersih.
Kondisi
tersebut diperparah oleh tidak adanya pelayanan air bersih oleh PDAM ke
desa-desa tersebut selama ±4 tahun. Sehingga bak-bak penampung yang dulunya
dimanfaatkan untuk menampung air dari PDAM hanya berfungsih ketika musim hujan
tiba. Namun, karena bak-bak tersebut menganggur pada musim kemarau, maka tidak
sedikit bak penampung yang retak sehingga harus ditambal agar dapat menadah air
hujan pada musim hujan.
Menyadari
akan kekurangan air, masyarakat ke-4 desa menyianyati dengan mengambil air dari
Kalabahi menggunakan kendaraan. Namun adalah mudah bagi mereka yang memiliki
kendaraan pribadi. Sedangkan yang tidak memilikinya, maka satu-satunya cara
adalah menggunakan transportasi umum atau menggunakan jasa ojek.
Kepala
Desa Kupidil, Onesimus Maoulaka dan Ketua Badan Permusyarawaratan Desa (BPD)
Kupidil, Hermanus Awalaa belum lama ini mengatakan, khusus di Desa Kupidil,
masyarakat menadah air di Hingyele. Perlu diketahui bahwa di Hingyele tersebut
debit airnya sangat terbatas. Bayangkan saja, berdasarkan pantauan, airnya
berkapur dan jatuh menetes sedikti demi sedikit dari kuncup batu yang
menggantung. Tetesan itulah yang ditadah oleh masyarakat di Desa Kupidil untuk
keperluan air bersih. Karena debit airnya terbatas, maka untuk mendapatkan 5
liter air bersih saja waktu yang diperlukan mendekati 1 jam. Selain itu, untuk
mendapatkan kesempatan menadah air masyarakat harus rela mengantri berjam-jam
karena semua masyarakat Desa Kupidil menjadikan Hingyele sebagai satu-satunya
tempat di mana air bersih diperoleh.
Utamakan Air
Keprihatinan
terhadap kesulitan air bersih ke-4 desa di atas telah lama dikeluhkan
masyarakat. Namun sejauh ini, keluhan-keluhan tersebut sama sekali tidak
mendapat tanggapan. Padahal, menurut Hermanus Awalaa, setiap memasuki
moment-moment Pemilu Legislatif atau PemuliKada, masyarakat selalu dijanjikan
oleh orang-orang tertentu bahwa kebutuhan dasar masyarakat akan diupayakan
solusinya demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun setelah terpilih,
pejabat-pejabat itu seakan melupakan janji yang pernah disampaikannya.
Kamis,
(18/08/2011) di Desa Kupidil, Ikatan Mahasiswa Kepala Burung (IMKB)
memfasilitasi pertemuan 4 Kepdes yang mengalami persoalan yang sama yakni
Onesimus Maoulaka sebagai Kepdes Kupidil;
Kepdes Lawahing, Yohanis Outang; Kepdes Otvai, Alelang; dan Kepdes Alila
Selatan, Dahlan Umar untuk menyesuaikan kebutuhan mendasar ke-4 desa yang belum
diperhatikan pemerintah. Dari pertemuan tersebut disepakati 3 kebutuhan dasar
yang secara bersama dialami oleh masyarakat ke-4 desa. Ke-3 kebutuhan dasar
tersebut adalah air bersih, listrik dan jalan raya. Namun, lanjut Hermanus,
dari ketiga kebutuhan dasar tersebut, air bersih disepakati untuk
diprioritaskan. Perlu diketahui, sumber mata air yang disepakati untuk
dimanfaatkan adalah mata air yang berada di dekat omtel Desa Otvai. Kini, yang
menjadi persoalan adalah bagaimana air tersebut dapat sampai ke rumah-rumah
penduduk setempat. Menurut Hermanus, persoalan ini segera akan disampaikan
kepada pemerintah untuk diatasi. ∎ cha