HALAMAN UTAMA

Kamis, 06 Oktober 2011

Rumah Pemali Lakatuil – Bampalola Menyimpan Sejuta Misteri


Rumah Pemali Lakatuil – Bampalola Menyimpan Sejuta Misteri

Bila kita menengok pada data potensi pariwisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Alor, Bampalola terdaftar sebagai salah satu objek wisata budaya di Kabupaten Alor. Objek wisata budaya yang bisa menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) ini menampilkan Perkampungan Adat yang masih asli, Rumah Adat Lakatuil yang unik, dan upacara tahunan makan baru padi ala baloil yang mengandung sejumlah makna, sebagaimana yang diikuti juga media ini beberapa waktu lalu.

PERKAMPUNGAN Adat Bampalola terletak pada sebuah bukit, di Pegunungan Kabola, Kecamatan Alor Barat Laut (Abal). Ketinggiannya mencapai seribu kaki dari permukaan laut. Bampalola berasal dari dua buah kata, yakni Bam (bang) berarti rumah dan palola (palol) berarti Pemali, Bampalola berarti Rumah Pemali. Masyarakat sekitar punya kepercayaan dan tradisi hidup yang serasi dengan dengan alam. Tidak ada minum–minuman keras di sana, tutur kata dan bahasa dijaga serta cara hidup yang saling menghargai satu dengan yang lainnya secara struktur adatiah. Yang salah akan dihakimi sendiri oleh alam.

Untuk mencapainya Kampung Lama Bampalola dari Kalabahi, Ibukota Kabupaten Alor, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat menelusuri pesisir pantai ke arah barat menuju Desa Alor Kecil. Kemudian berputar ke arah utara menuju Gunung Hulnani. Setelah itu, berputar ke timur ke Desa Bampalola. Sampai di sana, pengunjung harus berjalan kaki menuju ke arah selatan menuju Kampung Lama Bampalola, setelah melewati karang terjal dengan kemiringan 90 derajat. berjalan kaki sejauh setengah kilo meter dan mendaki ke bukit bampalola setinggi kurang lebih 20–an meter. Meski begitu Bukit Kampung Lama Bampalola menyimpan sejuta pesona dan pemandangan alam yang luar biasa. Pasalnya, dari bukit yang suhu udaran agak basa tersebut terbentang Teluk Kabola bagai permadani di sebelah kiri, sementara sebelah kanannya dapat disaksikan jajaran pulau–pulau yang dikelilingi Selat Pantar dan Laut Sawu. Pemandangan alam yang luar biasa tersebut sejenak bisa melupakan kecapaian dan keletihan yang dialami.

Memasuki Bukit Kampung Lama Bampalola, angin sepoi–sepoi mulai memelas wajah dan hirupan udara segar seakan menambah semangan dan tenaga baru untuk melangkahkan kaki menuju perkampungan. Sebelum memasuki perkampungan, disebelah kanan terdapat sebuah rumah tembok kecil sebagai tempat pemakaman leluhur pertama yang mendiami tempat tersebut yang dinamakan Raja Tanah. Sejumlah pohon beringin tua menambah keangkeran dan kesunyian alam. Seakan membisikan bahwa tempat itu masih murni dan menolak dicemari ulah kotor manusia. Dari kejauhan mulai sayup–sayup terdengar bunyi gong dan tambur yang ditabuh sebagai irama tarian lego–lego dalam menyambut para tamu yang hadir.

Di lokasi perkampungan itulah berdiri beberapa rumah adat, namun yang menjadi pusat rumah adat adalah yang bernama Lakatuil, di mana di samping kanan rumah adat tersebut juga terdapat sebuah mezba sebagai tempat berlangsungnya upacara adat. Rumah Adat Lakatuil agak berbeda dengan rumah–rumah adat yang berada di Alor, maupun di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada umumnya. Lakatuil berupa rumah panggung berdinding bambu dan diatapi dengan rumput ilalang berbentuk kerucut. Pada bagian puncaknya berukiran naga yang sedang membuka mulut menjurus ke arah timur atau terbitnya matahari. Ciri khas yang lain adalah sebuah tangga yang menghubungkan tanah dengan rumah panggung juga berukirkan naga sementara membuka mulut pada bagian kanan, sementara bagian kiri terdapat sebuah rantai yang berfungsi sebagai pegangan tangan kiri.

Setiap pengunjung yang hendak memasuki rumah adat tersebut harus mengawali langkahnya dengan kaki kanan dan tangan kanan dimasukan ke dalam mulut naga sambil tangan kiri memegang rantai tali berjalan mmasuk melalui rumah panggung. Setelah memasuki rumah adat yang berukuran kurang lebih 9 x 9 m2, tinggi 10 meter tersebut diwajibkan keluar melalui pintu belakang dengan memegang sebuah rantai tali. Di dalam rumah adat juga sebagai tempat menyimpan benda–benda pusaka, seperti moko dan gong. Konon menurut sumber yang dipercaya terdapat sebuah gong asli. Moko adalah benda adat untuk belis perempuan dan berupa benda perundagian/ nekara yang terdiri dari berbagai ukuran setinggi satu meter ke bawah dan bermotif serta ada yang bertelinga dan ada pula yang tidak. Keluarga yang didaulat untuk tinggal dan menjaga warisan budaya itu adalah juga pemangku adat yang berasal dari Suku Sulung atau Suku Raja yang dalam bahasa setempat (Kabola) disebut Afeng Lelang, sementara rumah–rumah adat yang lain ditempati suku–suku, seperti Suku Kapitan (Lamuil Lelang), Marang Lelang (Ale Mate/ Foebe), Kafin Lelang, dan Suku Mor Lelang. Mereka semua hidup secara struktur adat dan pola dan tindak perilaku disesuaikan dengan aturan adat, di mana ada hal–hal yang boleh dibicarakan dan ada juga yang tidak perlu disampaikan (pemali).  Di samping kanannya Lakatuil terdapat sebuah mezba yang berfungsi sebagai tempat upacara adat dan tarian lego–lego diperagakan dalam sebuah upacara adat dan atraksi budaya. Salah seorang Tokoh Adat Bampalola, Muhammad Umar Demang, SH, MH, mengaku, bagi masyarakat Bampalola memasuki perkampungan adat harus menanggal kasut atau alas kaki, karena tempat itu suci (pemali) dan tidak boleh bicara kata–kata kotor, karena alam sendiri yang akan menghakimi. Juga tidak diperkenankan minum–minuman beralkohol, baik yang disediakan oleh pabrik maupun oleh penduduk local sendiri, seperti sopi, arak atau tuak. Umar Demang yang lama tinggal dan menjadi pengacara di Jakarta itu juga meminta Pihak Pemerintah Kabupaten Alor untuk memproteksi dengan berbagai aturan yang melindungi hak–hak masyarakat Bampalola agar terjaga warisan budayanya serta dapat mempromosikan menjadi sebuah asset wisata yang dapat dikunjungi wisatawan, baik mancanegara maupun domestik.

Sementara itu, Wakil Bupati Alor, Drs. H. Jusran Tahir pada Upacara Makan Baru Padi di Bampalola mengatakan, faktor keamanan menjadikan masyarakat Bampalola tinggal terpencil di sebuah bukit yang dikelilingi jurang terjal yang sulit dijangkau musuh bila ada perang.
Meskipun demikian dirinya merasa bangga karena masyarakat Bampalola yang telah juga berkembang menjadi sebuah desa telah mengalami berbagai kemajuan yang pesat termasuk mempertahankan nilai–nilai budaya dan agama yang telah lama dianut. Hal ini sangat berbeda dengan komunitas masyarakat di kota yang telah dicemari dengan pola perilaku yang tidak bermoral dan beretika serta beragama.

Masyarakat Bampalola adalah masyarakat yang masih hidup dengan nilai–nilai adat serta menyatu dengan kehidupan alam yang harmonis. Lewat simbol rumah adat dan aneka benda–benda purbakala serta berbagai jenis alat musik menambah daya mistis dan misteri yang belum tersingkat hingga kini. Namun, yang pasti hidup di sebuah bukit yang tidak ada sumber air itu mereka hidup dengan damai dan tenteram serta alam yang memberikan kemakmuran bagi anak cucu hingga kini dan banyak pula yang telah merantau dan menjadi sukses di negeri orang dan masih kembali dan membangun kampung dalam segala hal, termasuk menjadikan lokasi objek wisata budaya menjadi DTW yang bisa mendatangkan kesejahteraan masyarakat, sekaligus Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi Kabupaten Alor. (gutav)

1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus